Sail Indonesia 2008: Ragam Komunikasi Pariwisata

Layanan informasi yang dibutuhkan yachter manca negara ini berbeda. Dari tahun kemarin. Sekarang mereka lebih membutuhkan peta kota Tanjungpandan” jelas Koordinator Guide Suwirno. Beberapa hari yang lalu banyak dari mereka yang mencari penyewaan motor untuk pergi ke kota Tanjungpandan, mungkin karena itu mereka membutuhkan informasi bergambar seperti peta tambah Madi Sungkowo. Sementara tiga mobil besar besar milik Dinas Perhubungan, Telekomunikasi dan Informatika Kabupaten Belitung masih terparkir rapi didepan pintu masuk areal.
Mudah-mudahan besok peta sudah dilengkapi lokasi atm, tempat perbelanjaan dan lokasi penting lainnya dan itu sudah tersedia di Information Centre” ujar Ketua Umum Sail Indonesia 2008 Drs.H.Jasagung Hariyadi,Msi didampingi Kabag Humas Suharyanto, S.Sos menanggapi kebutuhan tamu terhadap informasi wilayah. Selain kesiapan informasi dan media komunikasi, panitia juga menambahkan daya listrik dengan genset berkapisatasi 40 kilo watt yang disediakan PT.PLN Cabang Tanjungpandan.
Untuk menambah informasi Wartapra meminjam buku berbahasa Belanda yang dipublikasikan tahun 1922 di Gravenhage (sekarang Deen Haag). Buku ini bercerita tentang proses penambangan timah pertama oleh NV.GMB dan kondisi sosial ekomoni masyarakat di Pulau Belitung. Hans, yachter asal Belanda, tampak antusias memperhatikan gambar-gambar para pioner penambangan seperti K.A.Beemann. Nama ini cukup dikenal dikalangan engineer dikotanya. “look….this is a tipical Dutch’s construction” ujar yachter Belanda ini yang sekian lama berprofesi sebagai ahli mesin sambil menunjuk gambar jembatan sungai Lenggang (Kecamatan Gantung,Beltim). Wartapraja menulis beberapa kata dalam bahasa Belanda yang sering menjadi judul gambar seperti woning (rumah), leiding (ledeng atau pipa), laan (jalan yang ditumbuhi pohon di kanan-kirinya), hoofd administrateur (kepala administrasi). Gambar prasasti yang berjudul “het gedenkteken “(prasasti) tampak menarik perhatian Istri Hans “ Is it still exist ?”. Tentunya prasasti batu bertulis yang dibuat tahun 28 Juni 1928 untuk memperingati (teer herinnering) ekspedisi tambang timah pertama (28 Juni 1851) masih terlihat di halaman Museum Tanjungpandan (fithrorozi)
Sumber:
Berita Lainnya